PANGKEP SULSEL - Dalam kondisi efisiensi anggaran, sektor pertanian sering kali menjadi salah satu bidang yang harus bekerja lebih keras dengan sumber daya yang lebih terbatas. Namun, justru di situlah peran strategis Dinas Pertanian semakin dibutuhkan. Ketahanan pangan tidak boleh goyah hanya karena anggaran menyusut; sebaliknya, diperlukan langkah-langkah yang lebih kreatif, efektif, dan tepat sasaran untuk memastikan kebutuhan pangan masyarakat tetap terpenuhi.
Langkah pertama yang dilakukan Dinas Pertanian adalah memperkuat basis data pertanian. Dengan pemetaan lahan, jumlah petani, jenis komoditas, hingga potensi lahan tidur, pemerintah dapat menentukan prioritas secara tepat. Data ini menjadi kunci untuk mengoptimalkan anggaran, sehingga setiap program benar-benar menjawab kebutuhan lapangan dan tidak sekadar rutinitas.
Selain itu, Dinas Pertanian fokus pada mendorong produksi pangan lokal. Komoditas seperti padi, jagung, ubi, serta sayuran diprioritaskan karena merupakan kebutuhan pokok masyarakat. Pendekatan yang dilakukan bukan lagi memperbanyak proyek, tetapi memperkuat inti produksi: penyediaan benih unggul, pelatihan teknik budidaya modern, dan pendampingan langsung kepada kelompok tani agar hasil panen lebih stabil dan meningkat.
Efisiensi anggaran juga mendorong perlunya inovasi pertanian berbiaya rendah. Dinas Pertanian memperkenalkan teknologi sederhana seperti pupuk organik, pestisida nabati, hingga metode tanam hemat air. Selain mengurangi ketergantungan pada pupuk dan pestisida kimia yang mahal, metode ini juga menyehatkan lahan dan meningkatkan kualitas produksi. Petani dilatih agar mampu memproduksi pupuk dan pestisida sendiri, sehingga biaya produksi menurun secara signifikan.
Pada saat yang sama, program ketahanan pangan keluarga juga diperkuat. Pemerintah mendorong pekarangan produktif, kebun gizi rumah tangga, dan urban farming untuk masyarakat di wilayah padat penduduk. Pendekatan ini terbukti efektif meningkatkan ketersediaan pangan lokal tanpa membutuhkan anggaran besar. Dengan pola ini, ketahanan pangan tidak hanya bertumpu pada sawah dan kebun besar, tetapi juga pada peran aktif setiap rumah tangga.
Dinas Pertanian juga menjaga hubungan erat dengan kelompok tani melalui pendampingan lapangan. Tenaga penyuluh digerakkan secara maksimal untuk memberikan bimbingan teknis, solusi hama, dan pengaturan pola tanam. Meski anggaran terbatas, semangat penyuluhan tidak boleh berhenti karena keberhasilan sektor ini sangat ditentukan oleh edukasi yang tepat.
Kolaborasi menjadi kata kunci berikutnya. Dinas Pertanian membuka ruang kerja sama dengan perguruan tinggi, perusahaan, dan komunitas pertanian. Melalui kolaborasi ini, pemerintah dapat memanfaatkan riset, teknologi sederhana, hingga program CSR sebagai dukungan tambahan. Dengan sinergi yang kuat, efisiensi anggaran tidak lagi menjadi hambatan besar.
Selain memperkuat produksi, stabilitas harga pangan juga menjadi fokus. Pemerintah terus memantau distribusi, mengantisipasi kelangkaan, dan memfasilitasi pemasaran melalui pasar tani. Hal ini penting agar petani tidak merugi dan masyarakat tetap bisa membeli pangan dengan harga wajar. Ketahanan pangan bukan hanya soal produksi, tetapi juga kelancaran distribusi.
Di tengah efisiensi anggaran, Dinas Pertanian membuktikan bahwa pembangunan sektor pangan tetap dapat berjalan melalui strategi yang tepat dan kreatif. Dengan memprioritaskan kebutuhan inti, memperkuat edukasi petani, mendorong inovasi berbiaya rendah, dan membangun kolaborasi, ketahanan pangan daerah dapat tetap terjaga. Meski anggaran ketat, semangat untuk menjaga pangan masyarakat tidak pernah surut.(Herman Djide)

Updates.